21-07-2025
WIB
Admin Kelurahan Semanggi
21-07-2025
Tentang Kelurahan Semanggi : Kelurahan Semanggi merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Pasarkliwon yang terletak di sebelah tenggara Kota Surakarta, Jawa Tengah. Semanggi berkembang menjadi permukiman padat dengan relasi kekeluargaan yang kuat. Kelurahan Semanggi terdiri dari 16 RW, 57 RT, 7654 KK serta memiliki penduduk sejumlah 23.354 jiwa. Kampung Semanggi inilah yang paling ramai dihuni penduduk Jawa maupun keturunan Arab di Kecamatan Pasarkliwon. Asal muasal nama Kelurahan Semanggi diambil dari nama tumbuhan air, yaitu semanggi (Hydrocotyle sibthorpioides). Dinamakan demikian karena dari sejarahnya, kelurahan ini berada pada daerah rawa-rawa di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang banyak ditumbuhi tanaman semanggi. Sebelum nama Bengawan Solo ada, maka nama Bengawan Semanggi inilah yang banyak ditulis di naskah-naskah kuno. Nama Semanggi ini juga merupakan nama lain untuk bandar pada masa Mataram Kuno yang disebut Waluyu. Pada masa kerajaan, Semanggi merupakan bandar yang ramai dikunjungi karena bagian timur Semanggi bersebelahan langsung dengan Sungai Bengawan Solo. Sungai tersebut menjadi jalur utama bagi perdagangan dan pelayaran sungai yang menghubungkan antara daerah pedalaman Jawa dengan laut atau juga bisa dikatakan sebagai jalur keluar dan masuknya pertukaran ekonomi dan peradaban antara pedalaman Jawa dan dunia luar. Para Bupati Madura ketika berkunjung ke Kasunanan Kartasura (1680-1742) juga berlabuh di Bandar Semanggi. Begitu juga para prajurit dari Madura mendirikan barak-barak di tepian bandar yang kemudian dinamakan Kampung Sampangan yang sekarang berada di bagian Utara Kelurahan Semanggi. Ketika akan terjadi perpindahan Keraton Kasunanan Kartasura ke Desa Sala, yang kemudian diubah namanya menjadi Kasunanan Surakarta, penduduk desa tersebut banyak yang direlokasikan ke kawasan Semanggi dan Baturana. Bengawan Semanggi juga berperan penting sebagai jalur pelarian ke Surabaya oleh pemberontak dari Pajang terhadap pemerintahan Sultan Agung di Mataram. Saat Sultan Agung berkuasa, Bupati Pajang Tumenggung Tambakbaya memberontak. Ketika kalah dia melarikan diri melalui Bengawan Semanggi menuju Surabaya. Bengawan Semanggi, pada masa Paku Buwono IV, V, VII, memiliki peranan yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagai daerah pinggiran, dahulu kampung ini dijadikan sebagai dermaga bagi para bandar yang berlabuh. Sehingga nampak suasana geliat yang ramai dalam perniagaan, sosial dan politik, antara daerah pedalaman dengan daerah maritim.